Afrika Selatan, 1948. Terlahir sebagai warga
kulit hitam di Afrika Selatan pada masa ini, merupakan kenyataan yang
menyedihkan. Di masa itu, tengah diterapkan sistem politik Apartheid, sebuah
sistem yang memisahkan ras antara milik kulit putih dan hitam. Segala bentuk
kekuasaan dan pemerintahan dikendalikan oleh warga kulit putih. Sementara,
warga kulit hitam nggak punya otoritas apapun. Mereka bahkan tidak boleh hidup
dan bersekolah di tempat yang sama dengan warga kulit putih.
Melihat
diskriminasi terhadap kaumnya, Nelson Rolihlahla Mandela, seorang keturunan
suku Thembu menentang keras ketidakadilan tersebut. Pria kelahiran 18 Juli 1918
di Mvezo, Afrika Selatan ini, termasuk warga kulit hitam yang sukses mengenyam
pendidikan hingga meraih gelar sarjana hukum di Johannesburg.
Perjuangan
Mandela melawan politik Apartheid dimulai sejak ia bergabung dalam African
National Congress (ANC), tahun 1944. Kemampuannya dalam berbicara membuat
Mandela, dipercaya sebagai pemimpin ANC, sekaligus memimpin perjuangan bagi isu
rasisme di Afrika Selatan.
Selama
memperjuangkan keadilan bagi kaum kulit hitam, ia seringkali mendapat kecaman
keras dari pemerintah. Ia sempat beberapa kali ditangkap dan dijebloskan ke
dalam penjara, karena dianggap sebagai pengacau yang ingin menggulingkan
pemerintah. Saat ditahan, Mandela kerap mendapat perlakukan buruk.
Untungnya,
perjuangan Mandela justru mendapat dukungan penuh dari ras kulit hitam di
Afrika Selatan dan masyarakat internasional. Melihat dukungan yang luar biasa
tersebut, Mandela pun dibebaskan pada tahun 1990, setelah menghabiskan waktu 27
tahun di penjara.
Perjuangannya
setelah bebas, tetap berlanjut. Ia mengajak pemerintah melakukan negosiasi
untuk mengakhiri Apartheid. Negosiasi itu disepakati dan warga kulit hitam
berhasil mendapatkan hak yang sama dengan warga kulit putih. Bahkan, Mandela
juga bekerja sama dengan Presiden Frederik Willem de Klerk (Presiden Afrika
Selatan pada masa itu), untuk mempromosikan hubungan damai antara kulit hitam
dan putih, hingga berhasil meraih Nobel Perdamaian pada tahun 1993.
Tags
ARTIKEL