Aung San Suu Kyi

 

Nggak heran kalau wanita kelahiran 19 Juni 1945 ini mendapatkan hadiah Nobel Perdamaian. Perjuangannya yang nggak ada habisnya untuk menciptakan demokrasi di Myanmar tanpa kekerasan, berhasil menarik perhatian dunia. Saking menginspirasinya, kisah hidup wanita ini diangkat menjadi sebuah film berjudul The Lady yang dibintangi oleh Michelle Yeoh. Ternyata jiwa nasionalis dan kecintaannya terhadap negeri sendiri muncul dari keluarga Aung San Suu Kyi. Ayahnya, jenderal Aung San, adalah salah satu tokoh militer yang memperjuangkan kemerdekaan Myanmar dari Inggris. 

Aung San Suu Kyi menghabiskan sebagian besar waktunya di luar negaranya untuk bersekolah dan menuntut ilmu. Dia sempat bekerja di PBB di Amerika Serikat lalu menikah dengan seorang peneliti kebudayaan Tibet, Michael Aris dan memiliki dua anak. Ketika kembali ke negaranya untuk menjenguk ibunya pada 1988, Aung San Suu Kyi terjun ke dunia politik. Ia prihatin dengan sistem pemerintahan Myanmar yang diktator dan mengekang. Ia pun bergabung dengan National League for Democracy dan menjabat sebagai sekretaris jenderal. Aung San Suu Kyi aktif meggelar orasi untuk meneriakkan kebebasan dan demokrasi, khususnya terhadap pemerintah junta militer Myanmar saat itu. Hebatnya, semua usaha itu ia lakukan dengan cara damai dan tanpa kekerasan seperti pedoman Mahatma Gandhi. 

Setahun setelah terjun ke politik, pemerintah junta militer Myanmar memvonis Aung San Suu Kyi sebagai tahanan rumah di kota Rangoon karena aktivitas politiknya yang dianggap membahayakan kekuasaan pemerintah. Tapi, ini hanyalah penahanan pertama dari sekian banyak penahanan lainnya. Sejak tahun 1989 sampai 2011, Aung San Suu Kyi terus menerus ditahan dan dilepaskan. Aung San Suu Kyi berkali-kali ditawarkan kebebasan, jika ia mau meninggalkan Myanmar dan kembali ke keluarganya di Inggris. Tapi, dia menolak untuk keluar dari Myanmar, karena takut nggak akan pernah bisa kembali lagi. Sejak penahanan pertamanya, dia hanya bertemu suaminya sebanyak lima kali sampai akhirnya semuanya meninggal dunia di London pada tahun 1999. Sampai sekarang, Aung San Suu Kyi masih terus berjuang untuk kebebasan dan demokrasi di Myanmar. 

Nggak heran kalau dia mendapat banyak penghargaan atas perjuangan yang nggak ada habisnya ini. Selain hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 1991, Aung San Suu Kyi juga pernah mendapatkan Sakharov Prize dari Parlemen Eropa, United States Presidential Medal of Freedom, Jawaharlal Nehru Award dari India and Rafto Human Rights Prize.

Posting Komentar

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Lebih baru Lebih lama