Menjadi pemimpin tidak lah mudah. Lebih sulit lagi
menjadi pemimpin yang mengerti dan sadar mengenai fungsi dan perannya bagi
sesama. Sayangnya, banyak orang yang tidak menyadari bahwa mereka tidak layak
menjadi seorang pemimpin. Ambisi yang besar sering menjadi modal satu-satunya
(Faturochman, 1992).
Ini merupakan masalah yang terjadi dalam dinamika
kepemimpinan kita saat ini. Dimana orang-orang merasa bahwa mereka adalah
seorang pemimpin dan mampu memimpin. Pemimpin-pemimpin “karbit” kerap
bermunculan ke panggung politik. Partai tidak lagi menjadi proses pendidikan
untuk menjadi pemimpin, partai hanya dijadikan kendaraan politik dengan uang
sebagai motor penggeraknya. Tidak jarang juga kepopuleran menjadi indikator
penting sebagai salah satu yang dipaksakan.
Faturochman berpendapat bahwa pola kepemimpinan tidak
banyak berubah. Namun tuntutan masyarakat yang banyak berubah sejalan dengan
perubahan zaman. Perkembangan ilmu pengetahuan punya andil besar dalam hal ini.
Karena dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan
masyarakat “seakan” mengikuti
perubahan ini. Masyarakat merasa terpaksa untuk mengimbangi perubahan, terlebih
dalam negara-negara berkembang dimana masih banyak kehidupan masyarakatnya jauh
dari kesan modern yang dipenuhi dengan perangkat-perangkat teknologi canggih.
Hal ini dapat kita temui dalam masyarakat Indonesia, yang berada di suku-suku
pedalaman Sumatra, Jawa, Kalimantan dan Papua.
Permasalahan lain dari kepemimpinan kita adalah tidak tegas dalam memimpin
sehingga masyarakat menjadi bingung dengan pola kepemimpinan yang berkembang.
Ditambah lagi dengan bumbu-bumbu politik pencitraan yang menjadi landasan dalam
bertindak. Sehingga jika suatu permasalahan muncul, maka akan dibutuhkan waktu
yang lama untuk mengatasinya. Hal-hal lain yang juga mulai berkembang yaitu paradigma
berpikir tentang seorang pemimpin. Kecenderungan yang terjadi dalam pola
kepemimpinan kita adalah menganggap
dirinya sebagai “raja” yang harus disembah dan dipuja-puja. Ketika para
pemimpin datang berkunjung maka blokade-blokade jalan dilakukan dengan dalih
pengamanan yang bisa dapat disebut terlalu berlebihan. Padahal hakikat yang
sebenarnya dari seorang pemimpin adalah melayani
orang-orang yang dipimpinnya. Jika paradigma mengenai kepemimpinan saat
ini terus bertahan dan tidak pernah ada solusi untuk mengatasinya, maka dalam
waktu yang lama kita tidak akan dapat bangkit, maju dan bersaing dengan
negara-negara lain di tengah-tengah arus globalisasi yang semakin kuat.
SOLUSI PEMECAHAN
Karena pemimpin merupakan sesuatu yang tidak dibawa
lahir, maka dari itu sistem pendidikan (formal dan non formal) yang baik dan
terencana akan membawa peran yang besar dalam menjawab kebutuhan calon pemimpin yang memiliki karakter
kuat yang dibutuhkan masyarakat untuk peka dan responsif serta mengerti
dan memahami setiap permasalahan yang terjadi ditengah-tengah masyarakat dan mampu
memberikan kontribusi dalam penyelesaiannya. Untuk menjawab kebutuhaan itu,
maka PMKRI Cab. Padang merasa wajib dan perlu dalam mempersiapkan para kader
yang memiliki jiwa kepemimpinan
dimana didalamnya semangat melayani
menjadi jati diri seorang kader yang mau dan mampu serta cakap,
bijaksana dan tegas untuk terjun ke masyarakat menjadi pelayan yang bertanggungjawab dalam menyelesaikan
setiap permasalahan yang dihadapi masyarkat.
Untuk mewujudkan hal ini maka dibutuhkan seorang
pemimpin yang memiliki motivasi dan
berkemauan belajar yang kuat. Seperti yang diungkapkan oleh Nisrul Irawati,
tantangan seorang pemimpin saat ini semakin kompleks dan rumit, untuk itu
seorang calon pemimpin tidak lagi cukup
hanya mengandalkan pada bakat atau keturunan. Pemimpin zaman sekarang harus belajar, harus membaca, harus
mempunyai pengetahuan mutakhir dan pemahamannya mengenai berbagai soal yang
menyangkut kepentingan orang-orang yang dipimpin. Selain itu, pemimpin
juga harus memiliki kredibilitas dan
integritas, dapat bertahan, serta melanjutkan misi kepemimpinannya.
Kalau tidak, pemimpin itu hanya akan menjadi suatu karikatur yang akan menjadi
cermin atau bahan tertawaan dalam kurun sejarah kelak dikemudian hari.
TUJUAN
1. Memberi pemahaman kepada peserta mengenai Dasar-dasar Kepemimpinan
2. Mengarahkan peserta agar lebih memahami kepemimpinan yang memiliki jiwa pelayanan.
3. Meningkatkan kualitas kader
4. Sebagai sarana temu ramah cabang-cabang wilayah Sumatera
1. Memberi pemahaman kepada peserta mengenai Dasar-dasar Kepemimpinan
2. Mengarahkan peserta agar lebih memahami kepemimpinan yang memiliki jiwa pelayanan.
3. Meningkatkan kualitas kader
4. Sebagai sarana temu ramah cabang-cabang wilayah Sumatera
TEMA
KEGIATAN
Tema
kegiatan LKK : “Menjadikan Semangat Pelayanan Sebagai Jati Diri Kader .”
WAKTU
DAN TEMPAT PELAKSANAAN
Kegiatan
ini akan dilaksanakan pada:
Hari : Minggu – Minggu
Tanggal : 26 Mei–2 Juni 2013
Tempat : Aula Paroki St. Fransiskus Assisi Padang
Baru,
Padang – Sumatera
Barat
PESERTA
Anggota PMKRI dari Regional
Sumatera yang sudah lulus Mabim.
METODE
PELAKSANAAN
1.
Dialog
2.
Simulasi
3.
Ceramah
4.
Diskusi
5.
Dinamika
Kelompok
6.
Games
7. Live in
8. Outbond
MATERI
dan PEMATERI
Teologi Pembebasan
(P. DR. Philip Rusian Sakti, Pr)
Beliau adalah Ketua HAK Keuskupan
Padang
Pemimpin adalah Pelayan
(P. Alexius Sudarmanto, Pr)
Beliau adalah Pastor Moderator PMKRI
Cab. Padang
Pemikiran – Pemikiran Besar di Dunia
(Drs. Basuki Reksobowo)
Beliau adalah Akademisi, Dosen
Filsafat Unand, Padang
Analisa Sosial Kemasyarakatan
(Virtuous Setyaka, S.IP, MSi)
Beliau adalah Staf pengajar di
Departemen Hubungan Internasional FISIP Unand
Konsep dan Metodologi Gerakan
Sosial
(Ketua PBHI Sumbar)
Strategi Pendampingan dan Pengorganisasian
Kelompok Masyarakat yang Tertindas
(P. Anton Wahyudi, SX)
Kepemimpinan Transformatif
(Paula Lindawati, S.Pd)
Beliau saat ini sebagai Anggota DPRD
Kota Padang
Manajemen Organisasi Masyarakat Sipil
(Eka Vidya P, S.Sos, MSi)
Beliau saat ini Staf Pengajar di
Sosiologi UNP, Padang
Perencanaan Strategis
(Michael Manarov Gultom)
Beliau adalah KP PMKRI Cab. Padang
periode 2010/2011 dan terpilih kembali periode 2012/2013
Manajemen Konflik
(Albert H. Lukman, SE)
Beliau adalah Anggota DPRD Kota
Padang
Participatory Action Research
(Prof. Dr. H. Elfindri, SE, MA)
Beliau adalah Guru Besar SDM, Staf
pengajar di Departemen Ilmu Ekonomi Unand, Padang
PERSYARATAN PESERTA
A.
Umum
1.
Cabang
- cabang yang diundang maksimal mengirimkan 3 orang peserta
2.
Membawa
atribut cabang
3.
Membawa
Surat Mandat dari Dewan Pimpinan Cabang (DPC)
4.
Mengisi
formulir pendaftaran
5.
Membawa
Pas Photo ukuran 3 x 4 (warna) sebanyak 2 lembar dan 4 x 6 (warna) sebanyak 2
lembar
6. Membayar uang kontribusi peserta sebesar Rp. 150.000/org
(Free Baju LKK)
7. Membuat
dan membawa makalah dengan ketentuan :
a. Tema : Pemimpinan adalah Pelayan
b. Tata Letak : Artikel diketik 1,5 spasi pada kertas ukuran A4 (Font 11, Arial)
8. Pendaftaran paling lambat Minggu, 12 Mei 2013
B. Khusus
1. Membawa Kitab Suci
2. Membawa alat tulis
3. Membawa pakaian
formal
4. Membawa pakaian semi formal
5. Membawa obat pribadi
6. Membawa perlengkapan pribadi
Brosur LKK 2013 |